Abstrac
Inflasi dianggap sebagai fenomena moneter karena terjadinya penurunan nilai
unit uang terhadap suatu komoditas. Secara umum penyebab terjadinya inflasi
adalah; Natural inflation, seperti naiknya daya beli masyarakat secara riil.
ekxpor meningkat sedangkan impor menurun, maupun turunnya tingkat produksi.
Inflasi juga disebabkan oleh oleh human error inflation misalnya Corruption and
bad administration, Excessive tax, dan Excessive sieignore. Fenomena moneter
ini berakibat buruk pada perekonomian karena menimbulkan gangguan terhadap
fungsi uang, distorsi harga, merusak output, meruntuhkan efiensi dan investasi
produktif dan menimbulkan ketidak-adilan serta ketegangan sosial. Ekonomi Islam
menawarkan solusi untuk mengatasi inflasi diantaranya reformasi terhadap system
moneter, menghubungkan antara kuantitas peredaran uang dengan kuantitas
produksi. Mengarahkan belanja dan melarang sikap berlebihan mencegah
pemenimbunan barang komoditas dan meningkatkan produksi.
Keyword: inflasi, moneter,
distorsi, stabilitas, instrinsik, equilibrium,
A.
Pendahuluan
Tahun 2008 adalah tahun penuh tantangan. Inflasi dua digit bukan lagi
bayang-bayang, namun telah di depan mata. Kenaikan harga BBM, telah memicu
kenaikan harga-harga barang komoditi. Bagi kalangan ekonomi menengah ke bawah,
inflasi seperti ini adalah momok. Dengan pendapatan yang pas-pasan, kenaikan
harga membuat uang mereka tidak lagi bernilai. Misalnya sebelum BBM naik,
dengan uang Rp. 1.000,- dapat membeli 2 buah goreng pisang, namun pasca
kenaikan BBM, uang seribu rupiah itu menjadi tidak berarti lagi. Fenomena
moneter ini bisa menjadi ancaman bagi perekonomian suatu negara jika pemerintah
sebagai pemegang otoritas moneter tidak mengendalikannya secara tepat. Walaupun
inflasi tidak dapat dicegah oleh pemerintah namun pemerintah berkewajiban
meredam percepatan laju inflasi. Tulisan ini berusaha mengungkap bagaimana
inflasi itu terjadi dan bagaimana ekonomi Islam menyikapi fenomena moneter ini.
B. Pengertian Inflasi
Inflasi dianggap sebagai fenomena moneter karena terjadinya penurunan nilai
unit penghitungan moneter terhadap suatu komoditas. Campbell R. McConnell dan
Stanley L. Brue mengemukakan inflasi adalah a rise in the general level of
prices , Berarti inflasi merupakan kenaikan harga secara umum dari barang/
komoditas dan jasa selama periode waktu tertentu. Kenaikan harga tersebut dimaksudkan
bukan terjadi sesaat, misalnya harga barang-barang naik menjelang lebaran atau
hari libur lainnya. Karena ketika lebaran usai harga barang kembali ke konsidi
semula maka harga seperti itu tidak dianggap sebagai inflasi. Inflasi juga
berkaitan dengan kenaikan harga secara umum, artinya kenaikan harga satu jenis
barang maupun jasa juga tidak termasuk termasuk inflasi , misalnya pada musim
lebaran harga tiket pesawat naik. Taqyuddin Ahmad ibn al-Maqrizi (1364-1441)
menyatakan seperti yang dikutip Euis Amalia dalam bukunya Sejarah Pemikiran
Ekonomi Islam dari Masa Klasik Hingga Kontemporer, bahwa inflasi terjadi ketika
harga-harga secara umum mengalami kenaikan yang berlangsung secara terus
menerus. Pada saat itu persediaan barang dan jasa mengalami kelangkaan,
sementara konsumen harus mengeluarkan lebih banyak uang untuk sejumlah barang
dan jasa yang sama.
C.
Penyebab Terjadinya Inflasi
Moris Elih mengemukakan seperti yang dikutip Ahmad Hasan dalam bukunya al-Auraq
al-Naqdiyah fi al-Iqtishad al-Islamy Qimatuha wa Ahkamuha, problem terbesar
yang dihadapi oleh perekonomian yang tidak terselesaikan sampai sekarang adalah
pergolakan perekonomian dan perubahan-perubahan nilai harga mata uang. Dalam
sejarah moneter, awal munculnya inflasi adalah mulai diberlakukannya dan
beredarnya mata uang dinar dan dirham campuran (tidak murni) serta fulus
sebagai mata uang pokok. Kemudian dimasa sekarang fenomena inflasi semakin
bertambah dengan diterapkannya mata uang kertas. Sebetulnya hal ini telah
diperingatkan oleh ulama seperti Imam Syafi’i yang melarang pemerintah mencetak
dirham yang tidak murni karena akan merusak nilai mata uang, menyebabkan
naiknya harga dan hal itu merugikan orang banyak serta menimbulkan
kerusakan-kerusakan. Ibnu Taimiyah (1263-1328) pada masa Daulah Bani Mamluk
juga telah memperingatkan keadaan ini, ia menyatakan bahwa uang yang
berkualitas buruk akan menyingkarkan mata uang berkualitas baik dari peredaran.
Apabila fulus dibiarkan beredar sebagai alat tukar maka niscaya dinar dan
dirham akan menghilang dari peredaran.
Inflasi bisa terjadi disebabkan oleh factor-faktor non meneter seperti bencana
alam, banjir yang mengakibatkan terjadinya penurunan produksi bahan kebutuhan
pokok mapun rusaknya infrastruktur jalan dan sebagainya sehinga berakibat pada
terhambatnya distribusi bahan kebutuhan ke beberapa daerah. Inflasi juga bisa
disebabkan oleh factor non moneter lainnya seperti lambannya respon pemerintah
mengantisipasi terjadinya inflasi. Seperti yang dikemukakan Ryan Kiryanto,
ekonom senior BNI pada Diskusi yang bertajuk “Peranan Bank Sentral dalam
Kebijakan Stabilitas Moneter” di Jakarta tanggal 13 Maret 2007, proses politik
Indonesia yang rumit, lambatnya keputusan impor beras karena belum disetujui
DPR, mendorong terjadinya inflasi bulan Januari 2007 yang tercata sebesar 1,77%
yang diakibatkan oleh kenaikan harga beras.
Secara umum penyebab terjadinya inflasi menurut ekonomi Islam seperti yang
dikemukakan al-Maqrizi adalah:
1. Natural inflation yaitu inflasi yang terjadi karena sebab-sebab alamiah,
manusia tidak punya kuasa untuk mencegahnya. Inflasi ini adalah inflasi yang
diakibatkan oleh turunnya penawaran agregatif (AS↓) atau naiknya permintaan agregatif (AD↑). Ketika bencana alam terjadi berbagai bahan
makanan, dan hasil bumi lainnya mengalami gagal panen, sehingga persediaan
barang-barang kebutuhan tersebut mengalami penurunan dan terjadi kelangkaan. Di
pihak lain, karena barang-barang itu sangat signifikan dalam kehidupan,
permintaan terhadap berbagai barang mengalami peningkatan. Harga-harga
melambung tinggi jauh melebihi daya beli masyarakat. Akibatnya kegiatan ekonomi
mengalami kemacetan bahkan berhenti sama sekali yang pada akhirnya menimbulkan
bencana kelaparan, wabah penyakit, kematian. Keadaan ini memaksa rakyat untuk
menekan pemerintah agar memperhatikan mereka. Untuk menanggulangi bencana ini,
pemerintah mengelurakan dana besar yang mengakibatkan perbendaharaan negara
menjadi berkurang secara drastic atau deficit anggaran.
Jika memakai persaman MV = PQ
Di mana ;
M = jumlah uang beredar
V= kecepatan peredaran uang
P= tingkat harga
Q = jumlah barang dan jasa
Maka natural inflasi dapat diartikan sebagai: Pertama, Gangguan terhadap jumlah
barang dan jasa yang diproduksi dalam suatu perekonomian (Q). Jika jumlah
barang dan jasa yang diproduksi menurun (Q↓) sedangkan jumlah uang beredar (M) dan
kecepatan peredaran uang (V) tetap maka konsekwensinya tingkat harga naik(P↑). Kedua, Naiknya daya beli masyarakat secara
riil. Misalnya nilai ekspor lebih besar dari nilai import, sehingga secara netto
terjadi impor uang yang mengakibatkan jumlah uang beredar menurun (M↓), jika kecepatan peredaran uang (V) dan jumlah
barang dan jasa(T) tetap maka terjadi kenaikan harga (P↑).
Natural inflation dapat dibedakan berdasarkan penyebabnya menjadi dua yaitu:
pertama, Uang yang masuk dari luar negeri terlalu banyak karena ekxpor
meningkat (X↑)
sedangkan impor menurun (M↓)
sehingga net export nilainya sangat besar yang mengakibatkan naiknya permintaan
agregatif (AD↑).
Keadaan ini pernah terjadi pada masa Umar ibn Khatab, pada masa itu ekportir
yang menjual barangnya ke luar negeri membeli barang-barang dari luar negeri
(impor) lebih sedikit jumlahnya dari barang yang mereka jual (positive net
export). Adanya positive net export akan menjadikan keuntungan yang berupa
kelebihan uang yang akan dibawa ke Madinah sehingga pendapatan dan daya beli
masyarakat meningkat (AD↑).
Naiknya permintaan agregat (AD↑)
akan mengakibatkan naiknya tingkat harga (P↑) secara keseluruhan. Untuk mengatasi keadaan
ini Umar melarang penduduk Madinah untuk membeli barang-barang atau komoditi
selama 2 hari berturut-turut, akibatnya terjadi penurunan permintaan agregatif
(AD↓), dan
tingkat harga kembali normal. Kedua, Turunnya tingkat produksi (AS↓) karena terjadinya paceklik, perang ataupun embargo
ekonomi. Masa paceklik ini pernah terjadi pada masa Umar ibn Kahatab yang
mengakibatkan kelangkaan gandum yang berdampak pada naiknya tingkat harga-harga
(P↑)
2. Human error inflation yaitu inflasi yang terjadi karena kesalahan manusia.
Inflasi yang disebabkan oleh human error inflation terjadi karena:
a. Corruption and bad administration (korupsi dan buruknya administrasi)
Pengangkatan para pejabat yang berdasarkan suap, nepotisme, dan bukan karena
kapabilitas akan menempatkan orang-orang pada berbagai jabatan penting dan
terhormat yang tidak mempunyai kredibilitas. Mereka yang mempunyai mental
seperti ini, rela menggadaikan seluruh harta milik untuk meraih jabatan,
kondisi ini juga akan berpengaruh ketika mereka berkuasa, para pejabat tersebut
akan menyalahgunakan kekuasaannya untuk meraih kepentingan pribadi, baik untuk
menutupi kebutuhan finasial pribadi atau keluarga atau demi kemewahan hidup.
Akibatnya akan terjadi penurunan drastis terhadap penerimaan dan pendapatan
Negara.
Korupsi akan mengganggu tingkat harga, karena para produsen akan menaikkan
harga jual barangnya untuk menutupi biaya-biaya siluman yang telah mereka
keluarkan. Dimasukkannya biaya siluman dalam biaya produksi (cost of goods
sold) akan menaikkan total biaya produksi. ATC dan MC menjadi ATC2 dan MC2.
Sehingga harga jual menjadi naik dari P menjadi P2. Hal ini menjadi tidak
mereflleksikan nilai sumber daya sebenarnya yang digunakan dalam proses
produksi. Harga yang terjadi terdistorsi oleh komponen yang seharusnya tidak
ada sehingga lebih lanjut mengakibatkan sekonomi biaya tinggi (high cost
economy) pada akhirnya akan terjadi inefisiensi alokasi sumber daya yang tentu
akan merugikan masyarakat secara keseluruhan.
Keadaan seperti inilah yang sebetulnya membuat perkonomian Indoensia semakin
terpuruk. Virus Korupsi dan buruknya administrasi ini mewabah mulai dari
pejabat tinggi sebagai pemegang otoritas tertinggi sampai ke tingkat
lurah/desa. Di mana-mana setiap berurusan dengan administrasi dan birokrasi
selalu ada uang siluman. Keadaan inipun sampai ketingkat pedagang kecil, uang
takut/keamanan yang dipungut preman jelas merugikan masyarakat.
b. Excessive tax (pajak yang tinggi)
Akibat dari banyaknya pejabat pemerintahan yang bermental korup, pengeluaran
negara mengalami peningkatan yang sangat drastis, sebagai kompensasi mereka
menerapkan system perpajakan tinggi dan menerapakan berbagai jenis pajak. Efek
yang ditimbulkan oleh pajak yang berlebihan pada perekonomian hampir sama
dengan dengan efek yang ditimbulkan oleh korupsi dan buruknya administrasi
yakni efisensi loss atau dead weigh loss. Konsekwensinya biaya-biaya produksi
meningkat, dan akan berimplikasi pada kenaikan harga barang produksi.
c. Excessive sieignore (percetakan uang berlebihan)
Ketika terjadi defisit anggaran baik sebagai akibat dari kemacetan ekonomi,
maupun perilaku buruk para pejabat yang menghabiskan uang negara, pemerintah
melakukan percetakan uang fulus secara besar-besaran. Menurut al-Maqrizi
seperti yang dikutip Adiwarman Azwar Karim, percetakan uang yang berlebihan
akan mengakibatkan naiknya tingkat harga (P↑), menurunnya nilai mata uang secara drastis,
akibatnya uang tidak lagi bernilai. Menurut al-Maqrizi kenaikan harga komoditas
adalah kenaikan dalam bentuk jumlah uang fulus, sedangkan jika diukur dengan
emas (dinar ), harga-harga komoditas itu jarang sekali mengalami kenaikan. Uang
sebaiknya dicetak hanya pada tingkat minimal yang dibutuhkan untuk
bertaransaksi dan dalam pecahan yang mempunyai nilai nominal yang kecil.
Di Negara-negara industry pada umumnya inflasi bersumber dari salah satu atau
gabungan dari dua masalah berikut: pertama, Tingkat pengeluaran agregat yang
melebihi kemampuan perusahaan-perusahaan untuk menghasilkan barang-barang dan
jasa. Keinginan untuk mendapatkan barang yang mereka butuhkan akan mendorong
para konsumen meminta barang itu pada harga yang lebih tinggi. Sebaliknya para
pengusaha akan menahan barangnya dan hanya menjual kepada pembeli-pembeli yang
bersedia membayar pada harga yang lebih tinggi. Kedua kecenderungan ini akan menyebabkan
kenaikan harga-harga. Kedua, Pekerja-pekerja di berbagai kegiatan ekonomi
menuntut kenaikan upah. Apabila para pengusaha menghadapi kesukaran dalam
mencari tambahan tenaga kerja untuk meningkatkan produksinya, pekerja-pekerja
yang ada akan terdorong untuk meminta kenaikan upah. Apabila kenaikan upah
berlaku secara meluas, akan terjadi kenaikan biaya produksi dari berbagai
barang dan jasa yang dihasilkan dalam perekonomian. Kenaikan biaya produksi
tersebut akan mendorong perusahaan-perusahaan menaikkan harga-harga barang
mereka. Di dalam perekonomian yang sudah maju, masalah inflasi sangat erat
kaitannya dengan tingkat penggunaan tenaga kerja.
Di samping itu inflasi dapat pula berlaku sebagai akibat dari 1) Kenaikan harga
barang impor, 2) Penambahan penawaran uang yang berlebihan tanpa diikuti oleh
penambahan produksi dan penawaran barang, 3) Kekacauan politik dan ekonomi
sebagai akibat pemerintahan yang kurang bertanggungjawab. Selain karena
peningkatan uang beredar, peningkatan permintaan juga disebabkan oleh expected
inflation. Bila masyarakat meyakini bahwa inflasi di tahun ini akan tinggi,
masyarakat cenderung membelanjakan uangnya saat ini untuk membeli dan menyimpan
barang, terutama barang-barang yang bisa melindungi kekayaan dari inflasi misalnya
emas dan property. Akibatnya, inflasi jadi melambung.
Inflasi juga bisa terjadi karena masyarakat ingin hidup di luar batas
kemampuannya. Keterbatasan kekayaan yang dimiliki menyebabkan masyarakat
menggunakan kartu kredit untuk melakukan belanja. Penggunaan kartu kredit untuk
konsumsi merupakan upaya belanja dengan menggunakan kekayaan yang diharapkan
akan diterima di masa datang. Hal ini menyebabkan bertambahnya uang yang
beredar yang melebihi pendapatan yang bersangkutan yang mendorong terjadinya inflasi.
D.
Jenis Inflasi
Inflasi dalam ilmu ekonomi konvensional dapat digolongkan dengan beberapa cara:
1. Inflasi dapat digolongkan menurut besarnya, yaitu a) Inflasi ringan atau low
inflation, yang disebut juga dengan inflasi satu dijit (single digit inflation)
yaitu inflasi di bawah 10 % per tahun. Inflasi ini masih dianggap normal. Dalam
rentang inflasi ini orang masih percaya pada uang dan masih mau memegang uang.
b) Inflasi sedang atau galloping inflation atau double digit bahkan triple
digit inflation yakni inflasi antara 20 % sampai 200 % pertahun. Inflasi
seperti ini terjadi karena pemerintah lemah, perang, revolusi dan kejadian lain
yang menyebabkan barang tidak tersedia sementara uang berlimpah, sehingga orang
tidak percaya pada uang. Pada saat seperti ini orang hanya mau memegang uang
seperlunya saja, sedangkan kekayaan disimpan dalam bentu asset-aset rill. Orang
akan menumpuk barang-barang, membeli rumah dan tanah. Pasar uang akan mengalami
penyusutan dan pendanaan akan dialokasikan melalui cara-cara selain dari
tingkat bunga serta orang tidak akan mau memberikan pinjaman kecuali dengan
tingkat bunga yang tinggi. c) Hyperinflation yaitu inflasi di atas 200% per
tahun. Dalam keadaan seperti ini, orang tidak percaya pada uang. Lebih baik
membelanjakan uang dan menyimpan dalam bentuk barang seperti emas, tanah,
bangunan, karena barang-barang jenis ini kenaikan harganya setara dengan
inflasi. Inflasi yang sangat berbahaya ini muncul sebagai akibat dari ;
pertama, Munculnya kehancuran social dan runtuhnya aktivitas perekonomian,
kedua, Ketidakmampuan pemerintah untuk mengamankan situasi serta kehilangan
kekuasaan terhadap rakyat, ketiga, Terjadinya perang yang menghancurkan,
seperti yang terjadi terhadap mata uang Irak setelah perekonomian negara
tersebut dibeikot dan diserang Amarika dan sekutunya.
2. Berdasarkan sumber inflasi, inflasi terbagi kepada: a) Inflasi karena
tarikan permintaan (demand pull inflation) , yaitu Kenaikan harga-harga karena
tingginya permintaan, sementara barang-barang tidak tersedia sehinga harga
naik. b) Inflasi karena dorongan biaya (cost push inflation), yaitu inflasi
karena biaya atau harga factor produksi seperti upah buruh meningkat sehingga
produsen harus menaikkan harga supaya mendapatkan laba dan produksi bisa
berlangsung terus.
3. Berdasarkan asal inlasi, inflasi dapat dikategorikan kepada: a) Domestik
inflation yaitu inflasi yang bersumber dari dalam negeri. Misalnya permintaan
meningkat untuk barang tertentu, maka terjadi demand pull inflation yang
berasal dari dalam negeri. Atau terjadi kenaikan harga factor produksi yang
diimpor maka terjadi cost push inflation yang bersumber dari luar negeri atau
import cost push inflation. b) Foreign atau imported inflation, yaitu inflasi
yang bersumber dari luar negeri. Misalnya terjadi lonjakan permintaan ekspor
secara terus menerus, maka terjadi demand pull inflation yang berasal dari luar
negeri. Atau terjadi kenaikan harga factor produksi yang diimpor maka terjadi
cost push inflation yang bersumber dari luar negeri atau imported cosh push
inflation.
4. Berdasarkan harapan masyarakat, inflasi dapat dikategorikan menjadi dua
yaitu: a) Expected inflation yaitu besar inflasi yang diharapkan atau
diperkirakan akan terjadi. Misalnya bila inflasi dari tahun 2001 sampai tahun
2006 konstan 6 %, kemudian besarnya inflasi yang dihargetkan tahun 2007 6,5 %.
b) Unexpected inflation yaitu inflasi yang tidak diperkirakan akan terjadi.
Misalnya diperkirakan inflasi tahun 2007 sebesar 6,5 %, kemungkinan besar
inflasi tahun 2007 menyimpang dari 6,5 % menjadi 6,8%. Penyimpangan tersebut
merupakan unexpected inflation.
E.
Akibat Terjadinya Inflasi
Inflasi mengandung implikasi bahwa uang tidak dapat berfungsi sebagai satuan
hitung yang adil dan benar. Inflasi berakibat buruk pada perekonomian karena
menimbulkan gangguan terhadap fungsi uang. Hal itu menyebabkan uang menjadi
pembayaran tertunda yang tidak adil dan alat penyimpan kekayaan yang tidak
dapat dipercaya. Inflasi menyebabkan orang berlaku tidak adil terhadap orang
meskipun tidak disadarinya dengan memerosotnya daya beli asset-aset moneter
secara tidak diketahui.
Orang harus melepaskan diri dari uang dari asset keuangan sebagai akibat dari
beban inflasi. Yang akhirnya juga menyebabkan terjadinya inflasi kembali (self
feeding inflation). Hal itu merusak efisiensi system moneter. Inflasi
melemahkan semangat menabung masyarakat (menurunnya marginal propensity to
save) dan meningkatkan kecenderungan berbelanja terutama untuk kebutuhan non
primer dan barang mewah. (naiknya marginal propensity to consume) Inflasi
memperburuk iklim ketidakpastian dimana keputusan ekonomi di ambil, menimbulkan
kekhawatiran pada formasi modal dan menyebabkan mis alokasi sumber-sumber daya.
Mengarahkan investasi pada hal-hal yang non produktif yaitu menumpukkan
kekayaan (hording) seperti tanah, bangunan, logam mulia, mata uang asing dengan
mengorbankan investasi ke arah produktif seperti pertanian, industry,
perdagangan dan lain sebagainya.
Inflasi adalah sebuah sindrom disekuilibrium (ketidak-seimbangan) dan tidak
seirama dengan penekanan Islam pada keberimbangan dan ekuilibrium. Inflasi
memiliki konsekwensi yang sama bagi Negara kaya atau miskin dalam merusak
output dalam meruntuhkan efiensi dan investasi produktif dan menimbulkan
ketidak-adilan dan ketegangan social.
Adapun dampak yang ditimbulkan inflasi adalah: 1) Redistribusi pendapatan dan
kekayaan. Salah satunya adalah redistribusi dari kreditur ke debitur. 2)
Distorsi harga, pada inflasi rendah membuat pembeli dan penjual menyadari
inflasi tersebut dan bisa membedakan perbedaan inflasi antar barang yang saling
substitusi (misalnya daging dengan telur), jadi bila harga daging lebih tinggi,
orang beralih ke telur, namun pada inflasi tinggi, orang tidak memahami
perbedaan laju inflasi karena harga semua barang naik. 3) Distorsi penggunaan
uang. Setiap orang mengubah cara menggunakan uang. Karena inflasi berarti
menurunkan nilai riil uang, orang cenderung menimalisasi jumlah uang yang
dipegang. 4) Distrosi pajak. Semakin tinggi inflasi, semakin tinggi beban pajak
secara rill.
F.
Solusi Inflasi Perspektif Ekonomi Islam
Secara teori, inflasi tidak dapat dihapus dan dihentikan, namun laju inflasi
dapat ditekan sedemikian rupa. Islam sebetulnya pula solusi menekan laju
inflasi seperti yang telah dikemukan oleh tokoh-tokoh ekonomi Islam klasik.
Misalnya al-Ghazali (1058-1111) menyatakan, pemerintah mempunyai kewajiban
menciptakan stabilitas nilai uang. Dalam ini al-Ghazali membolehkan penggunaan
uang yang bukan berasal dari logam mulia seperti dinar dan dirham, tetapi
dengan syarat pemerintah wajib menjaga stabilitas nilai tukarnya dan pemerintah
memastikan tidak ada spekulasi dalam bentuk perdagangan uang.
Ibnu Taimiyah (1263-1328) juga mempunyai solusi terhadap inflasi ini. Ia sangat
menentang keras terhadap terjadinya penurunan nilai mata uang dan percetakan
uang yang berlebihan. Ia berpendapat pemerintah seharusnya mencetak uang harus
sesui dengan nilai yang adil atas transaksi masyarakat, tidak memunculkan
kezaliman terhadap mereka. Ini berarti Ibnu Taimiyah menekankan bahwa percetakan
uang harus seimbang dengan trasnsaksi pada sector riil. Uang sebaiknya dicetak
hanya pada tingkat minimal yang dibutuhkan untuk bertransaksi dan dalam pecahan
yang mempunyai nilai nominal yang kecil.
Di samping itu ia juga menyatakan bahwa nilai intrinsic mata uang harus sesuai
dengan daya beli masyarakat. Penciptaan mata uang dengan nilai nominal yang
lebih besar dari pada nilai intrinsiknya akan menyebabkan penurunan nilai mata
uang serta akan memunculkan inflasi. Ini berarti akibat dari rendahnya nilai
intrinsic uang menjadi salah satu terjadinya inflasi. Begitu juga pemalsuan
mata uang dan perdagangan mata uang di nilai ibn Taimiyah sebagai bentuk
kezaliman terhadap masyarakat dan bertentangan dengan kepentingan umum.
Husain Shahathah menawarkan beberpa solusi untuk mengatasi inflasi adalah; 1)
Reformasi terhadap system moneter yang ada sekarang dan menghubungkan antara
kuantitas uang dengan kuantitas produksi. 2) Mengarahkan belanja dan melarang
sikap berlebihan dan belanja yang tidak bermanfaat. 3) Larangan menyimpan
(menimbun) harta dan mendorong untuk menginvestasikannya. 4) Meningkatkan
produksi dengan memberikan dorongan kepada masyarakat secara materil dan moral.
Menjaga pasokan barang kebutuhan pokok merupakan yang krusial untuk bias
mengendalikan inflasi.
Dalam perekonomian sekarang Bank sentral mempunyai peranan penting dalam
mengendalikan inflasi. Bank sentral suatu negara umumnya berusaha mengendalikan
tingkat inflasi pada tingkat yang wajar. Selain itu bank sentral juga
berkewajiban mengendalikan tingkat nilai tukar uang mata uang domestic. Saat
ini pola inflation targeting banyak diterapkan oleh bank sentral di seluruh
dunia termasuk Indonesia.
Perbedaan inflasi
Pengertian inflasi Islam tidak berbeda dengan
inflasi konvensional. Inflasi mempunyai pengertian sebagai sebuah gejala
kenaikan harga barang yang bersifat umum dan terus-menerus. Dari pengertian
ini, inflasi mempunyai penjelasan bahwa inflasi merupakan suatu gejala dimana
banyak terjadi kenaikan harga barang yang terjadi secara sengaja ataupun secara
alami yang terjadi tidak hanya di suatu tempat, melainkan diseluruh penjuru
suatu negara bahkan dunia. Kenaikan harga ini berlangsung secara
berkesinambungan dan bisa makin meninggi lagi harga barang tersebut jika tidak
ditemukannya solusi pemecahan penyimpangan – penyimpangan yang menyebabkan
terjadinya inflasi tersebut.
Perbedaan teori Inflasi menurut Ekonomi
Konvensional dan Ekonomi Islam adalah sebagai berikut: Sebab-sebab Inflasi :
a.
Ekonomi Konvensional :
1) Policy induced, disebabkan oleh kebijakan
ekspansi moneter yang juga bisa merefleksikan defisit anggaran yang berlebihan
dan cara pembiayaannya.
2) Cost-push inflation, terjadi karena kenaikan
biaya produksi, biasanya menyebabkan penawaran agregat berkurang. Naiknya biaya
produksi disebabkan naiknya harga inputpokok. Misalnya kenaikan upah dan
kenaikan BBM.
3) Demand-full inflation, disebabkan oleh
permintaan agregat yang berlebihan yang mendorong kenaikan tingkat harga umum.
4) Inertial inflation, cenderung untuk
berlanjut pada tingkat yang sama sampai kejadian ekonomi yang menyebabkan
berubah.
b.
Ekonomi Islam :
1) Natural cause inflation, inflasi yang
terjadi dikarena kondisi alam yang tidak bisa dicegah.
2) Human error cause inflation, yaitu inflasi
yang terjadi karena kesalahan manusai itu sendiri. Inflasi ini, menurut
Al-Maqrizi disebabkan oleh tiga hal. Pertama, korupsi dan administrasi yang
buruk. Kedua, pajak berlebihan yang memberatkan petani. Ketiga, jumlah uang
yang berlebihan.
2. Solusi dalam mengatasi Inflasi :
a. Ekonomi Konvensional:
1) Kebijakan moneter
2) Kebijakan fiscal
3) Kebijakan non-moneter, yaitu dengan cara
menaikkan hasil produksi, kebijaksanaan upah, pengawasan harga.
b. Ekonomi Islam:
1) Kebijakan moneter
2) Kebijakan fiscal
3) Kebijakan non-moneter
4) Perbaikan Perilaku Masyarakat.
5) Reformasi terhadap system moneter yang ada
sekarang dan menghubungkan antara kuantitas uang dengan kuantitas produksi.
6) Menjadikan emas perak sebagai standart nilai
tukar uang dunia 7) Mengarahkan belanja dan melarang sikap berlebihan dan
belanja yang tidak bermanfaat.
8) Larangan menyimpan (menimbun) harta dan
mendorong untuk menginvestasikannya.
9) Meningkatkan produksi dengan
memberikan dorongan kepada masyarakat secara materil dan moral.
Penutup
Inflasi merupakan kenaikan harga secara umum dari barang/ komoditas dan jasa
selama periode waktu tertentu. Pada initinya muncul sebagai akibat
diberlakukannaya mata uang yang nilai intrinsiknya lebih rendah dari nilai
nominalnya. Secara umum penyebab terjadinya inflasi adalah Natural inflation
yaitu inflasi yang terjadi karena sebab-sebab alamiah, yang diakibatkan oleh
turunnya penawaran agregatif dan naiknya permintaan agregatif. Dan Human error
inflation yaitu inflasi yang terjadi karena kesalahan manusia. Seperti korupsi
dan buruknya administrasi, pajak yang tinggi, dan percetakan uang berlebihan.
Untuk mengatasi inflasi maka pemerintah harus menjaga kestabilan nilai uang
dengan melakukan kebijakan moneter berupa menjaga keseimbangan antara
percetakan uang dengan trasnsaksi pada sector riil.
Daftar
Pustaka
Amalia, Euis, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam dari Masa Klasik Hingga
Kontemporer, (Jakarta: Pustaka Asatrus, 2005
Brue, Campbell R. McConnell
dan Stanley L., Economic, Principles, and Policiess, McGraw-Hill Companies,
2002
Chapra, M. Umer, Toward A
Just Monetary System, Terjemah , Ikhwan Abidin Basri, Sistem Moneter Islam,
Jakarta: Gema Insani Press, 1985
Colander, David C.,
Economics, McGraw-Hill Companies, 2004
Djohanputro, Bramantyo,
Prinsip-prinsip Ekonomi Makro, Jakarta: PPM, 2006
Grey, Arthur, Economic Issues
and Policies, Boston, Hougthon Mifflin Company, t.th
Hasan, Ahmad, Al-Auraq
al-Naqdiyah fi al-Iqtidhad al-Islamy Qimatuha wa Ahkamuha, terj. Saifurrahman
Barito dan Zulfikar Ali, Mata uang Islami Tela’ah Komperhensif system Keuangan
Islami, Jakarta: T Raja Grafindo Persada, 2004
Islahi, Abdul Azim, Economic
Consepts Of Ibn Taimiyah, London, The Islamic Fondation, 1988
Karim, Adiwarman Azwar,
Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004
Karim, Adiwarman Azwar,
Ekonomi Makro Islami, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007
Lipsey, Ricard G., Economic,
t.r, 1963
Nasution, Mustafa Edwin,
dkk., Pengenalan Ekslusif Ekonomi Islam, Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2006
Schiller, Bidley R., The
Economy Today, McGraw-Hill Companies, 2003
Sukirno, Sadono, Pengantar
Teori Makroekonomi, Jakarta: PT Raja Garafindo Persada, 2002