Mendengar kata pondok mungkin sebagian orang bakal langsung gatal-gatal sambil memegang perutnya. Pasalnya pondok selalu identik dengan lingkungan tak bersih yang bikin gatal-gatal dan juga harus hidup prihatin dengan segala keterbatasan. Sebenarnya nggak gitu juga kok. Ada banyak pondok pesantren modern yang bahkan lebih nyaman dari rumah sendiri. Gontor, Tebuireng, Langitan, adalah beberapa contoh yang paling terkenal.
Tapi, nggak semua orang mampu
mondok di tempat-tempat tersebut. Sehingga solusinya adalah memilih pesantren
biasa-biasa yang tak terlalu mewah yang ada pinggiran kota atau kalau perlu
sampai ke gunung-gunung. Nggak masalah, toh ilmu yang bakal didapatkan juga
sama. Bahkan ketika mondok di daerah pinggiran, kita bakal mengalami segudang
pengalaman seru yang susah ditemukan di pesantren tengah kota yang modern.
Lalu keseruan apa saja yang
hanya didapatkan anak-anak pondok pesantren itu? Simak ulasan
serunya berikut.
1. Kucing-Kucingan Saat Pergi
Keluar
Hidup di pondok pesantren
memang harus siap mematuhi segala peraturannya. Terutama aturan soal pergi ke
luar lingkungan pesantren. Tapi, namanya anak muda yang masih labil, kadang
masih nekat juga pergi keluar, walaupun sebenarnya alasannya sangat sepele. Entah
main bola di kampung sebelah, atau sekedar jalan-jalan. Nah, karena ini
berbenturan dengan peraturan, maka anak pondok pun harus melakukannya dengan
sembunyi-sembunyi.
Kabur sebentar dari pondok
adalah keseruan tersendiri, Lucu sih pengalaman kucing-kucingan sama ustadz. Sama seperti film Mohabattein di mana tiga
siswa nakal itu keluar sekolah. Bedanya cuma di pesantren nggak ada gerbang
setinggi itu. Merupakan kepuasan tersendiri kalau bisa keluar pondok dan nggak
ketahuan. Tapi, siap-siap kena hukuman ketika ustadz sudah menunggu di depan dan memergoki aksi
kita.
2. Cari Gebetan Masih Pakai
Surat-Suratan
Meskipun labelnya anak
pesantren, tapi soal cinta mereka juga sama. Anak pesantren biasanya jatuh hati
kepada para santriwati, tapi berhubung ini adalah lingkungan pondok, sudah
jelas ada larangan khalwat alias campur baur. Di pesantren santri juga nggak boleh
memegang handphone. Lalu gimana caranya mengungkapkan isi hati? Yup, pakai
surat tentu saja.
Santriwati bikin pondok jadi
berasa surge, Unik sih
percintaan di pesantren ini, meskipun nggak ekstrem seperti yang ada di
sinetron pesantren-pesantren itu. Nah, soal surat menyurat tadi, memang jadi
kebiasaan anak pesantren cowok dan cewek untuk berkomunikasi. Lucunya, adalah
ketika surat-surat ini diketahui ustadz. Kadang si ustadz ini yang membalas surat dari si pria atau
wanita yang isinya biasanya ajakan nikah.
3. Digundul Kalau Ketahuan
Melakukan Kesalahan
Hukuman cambuk yang
diberlakukan di salah satu pesantren pinggiran Jombang beberapa tahun lalu,
dikecam banyak pihak karena dinilai berlebihan. Jarang sekali pesantren
memberlakukan hukuman yang menyiksa seperti ini. Paling alternatifnya hanya
dua, disuruh membersihkan pondok atau digundul.
Santri digundul mah sudah
biasa Nah, soal digundul ini memang sudah jadi hukuman yang paling populer di
sana. Kabur dari pesantren digundul, ketahuan berduaan dengan santriwati
digundul, merokok digundul dan sebagainya. Lucunya, kadang digundulnya nggak
bagus, satunya dibiarin agak panjang tapi satunya pendek banget.
4. Hantu di Pondok Sudah
Seperti Teman
Hal yang cukup membingungkan
soal pondok adalah kenapa tempat seperti ini banyak banget hantunya. Padahal di
dalamnya dipakai untuk mengaji, sholat malam dan sebagainya. Sudah banyak cerita-cerita
tentang hantu yang dialami oleh anak pesantren. Terlalu sering sampai akhirnya
mereka nggak takut lagi.
Ketemu pocong sudah berasa
berjumpa kawan karib Ketemu pocong di kamar mandi pun nggak bakal takut. Yang
ada malah inspeksi, “Ini pocong yang di pohon pisang belakang nih, ngapain lo
di sini.” Si pocong pun berwajah datar gara-gara mendapatkan perlakukan yang
nggak pernah diduganya. Kadang anak pesantren ketakutan sih dengan yang namanya
hantu. Tapi, setelah lewat tahun-tahun pertama, mereka sudah bagaikan teman.
5. Ketinggalan Zaman
Namanya juga pesantren
pinggiran, ada fasilitas untuk tinggal dan belajar ilmu sudah alhamdulilah.
Nggak perlu minta yang aneh-aneh. Karena neriman kalau kata orang Jawa, maka
anak pesantren biasanya nggak sadar kalau mereka ketinggalan zaman.Ketinggalan
zaman nggak masalah yang penting ilmu agama tetep paling depan. Aseeek… Kita
sudah uninstall flappy bird, clash of clans, mereka masih berkutat dengan space impact,
snake, bounce dan sebagainya. Seperti itu sih perumpamaannya. Tapi, meskipun
begitu setidaknya mereka masih lugu dan nggak tercemar dengan hal-hal negatif
dari handphone.
6. Ngerjain Senior Dengan
Cara Lucu
Senioritas di pesantren
sangat tinggi lho, kalau nggak percaya tanya saja kepada anak-anak pesantren.
Fenomena ini pun juga terjadi di pesantren pinggiran. Namanya juga senior,
kadang mereka berlaku nggak baik kepada adik-adiknya. Tapi, nggak sampai
bullying atau menyiksa secara fisik sih. Biasanya hanya main suruh-suruh saja.
Entah belikan ini itu, atau sekedar ambilkan makan malam sekaligus minumnya.
Senior memang kadang ngeselin
Tapi, kesel juga sih disuruh-suruh, maka kemudian para junior pun mengerjai
kakak tingkat dengan cara yang cerdas. Misalnya, ganti air minum dengan air
kamar mandi, atau mungkin mencampurkan sesuatu dimakanan senior. Gitu-gitu sih,
dan ini fakta.
Beginilah kehidupan pondok pesantren yang unik dan jadi kenangan asyik bagi yang pernah melewatinya. Ya,
meskipun labelnya pondok yang gk terkenal tapi soal khazanah keilmuan mereka nggak kalah.
Kadang dai dan kyai besar umumnya ya lulusan dari pesantren yang ada di
gunung-gunung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar