Jumat, 18 November 2016

puisi untuk tanah borneo


Sungai limbah,Hutan arang (curahan hati sang Enggang renta;Borneo)

kenaifan sekali lagi menggerogoti sebuah bangsa,
kearifan tak dianggap lagi sebuah warisan budaya,
kemunafikan tersirat di setiap tegukan segelas Tuak,
keyakinan tertumbalkan dengan murahnya
sungai limbah,hutan arang..itu lah tampak Ku sekarang
ketika bangsa yang ribuan tahun sudah kutemani,
terseok-seok menahan dera Modernisasi,
berkoar-koar meneriakkan keadilan demi berlembar-lembar rupiah
tidak ada sedikitpun,kepada-Ku,keadilan itu ditujukan,
seakan Aku lah miang,sebab keterpurukan mereka,
Aku lah sang Ibu yang membesarkan mereka,
yang dahulu dipuja dan pelihara nenek moyang mereka
untuk mereka,dalam nama Tuhan,Kuciptakan rumah bagi mereka,
sebuah tanah yang membudayakan mereka,
Aku lah kekaisaran bagi mereka..rumah bagi keturunan-keturunan mereka,
tapi lihat?keturunan mereka mencampakkan Aku layaknya Aku adalah bakteri penyakit,
mereka sebut kini,diri mereka beradab,
mereka sebut kini,diri mereka para manusia modern,
alih-alih sebuah kearifan yang kudapat dari sang bangsa beradab,
malah sungai limbah,hutan arang yang mereka suntikkan ke pembuluh darah-Ku.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar