Minggu, 05 Februari 2017

MEA 2020



Perbankan Syariah Tak Gentar Hadapi MEA 2020  

Banyaknya permintaan penggabungan bank-bank syariah nasional guna memperkuat aset perbankan syariah dalam menghadapi MEA 2020 dinilai bukanlah sesutu yang krusial.
Perbankan syariah Tanah Air mengaku tak khawatir dengan dimulainya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) untuk sektor bank pada tahun 2020 mendatang. Direktur Utama BNI Syariah Dinno Indiano menilai, saat ini target perbankan syariah nasional masih dari dalam negeri sehingga kekuatan modal dianggap bukan sesuatu hal yang sangat diutamakan.
"Di Indonesia, kita sepertinya tidak harus khawatir, yang penting penetrasi. Kalau masih masuk market Indonesia, modal memang penting tapi bukan isu utama," ujarnya di Jakarta, kemarin.
Hal ini disampaikan Dinno menjawab adanya permintaan pihak Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk membentuk konsolidasi BUMN Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Bank Syariah. Tujuannya, untuk mendorong perkembangan industri keuangan syariah nasional lebih pesat dan meningkatkan aset perbankan syariah nasional Terutama, dalam menghadapi MEA 20020.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat perkembangan terkini keuangan syariah per Mei 2014. Total aset perbankan syariah mencapai Rp 250,55 triliun.
Sementara pada tahun 2013, perkembangan perbankan syariah dalam kurun waktu satu tahun terakhir tergolong cukup pesat, khususnya pada bank umum syariah (BUS) dan unit usaha syariah (UUS) yang mendominasi aset perbankan syariah.
Aset perbankan syariah meningkat per Oktober 2013 (yoy) menjadi Rp.229,5 triliun. Bila ditotal dengan aset BPR Syariah, maka aset perbankan syariah mencapai Rp.235,1 triliun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar