Perbankan Syariah Tak Gentar Hadapi MEA 2020
Banyaknya
permintaan penggabungan bank-bank syariah nasional guna memperkuat aset
perbankan syariah dalam menghadapi MEA 2020 dinilai bukanlah sesutu yang
krusial.
Perbankan
syariah Tanah Air mengaku tak khawatir dengan dimulainya Masyarakat Ekonomi
ASEAN (MEA) untuk sektor bank pada tahun 2020 mendatang. Direktur Utama BNI
Syariah Dinno Indiano menilai, saat ini target perbankan syariah nasional masih
dari dalam negeri sehingga kekuatan modal dianggap bukan sesuatu hal yang
sangat diutamakan.
"Di
Indonesia, kita sepertinya tidak harus khawatir, yang penting penetrasi. Kalau
masih masuk market Indonesia, modal memang penting tapi bukan isu utama,"
ujarnya di Jakarta, kemarin.
Hal
ini disampaikan Dinno menjawab adanya permintaan pihak Otoritas Jasa Keuangan
(OJK) untuk membentuk konsolidasi BUMN Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Bank
Syariah. Tujuannya, untuk mendorong perkembangan industri keuangan syariah
nasional lebih pesat dan meningkatkan aset perbankan syariah nasional Terutama,
dalam menghadapi MEA 20020.
Otoritas
Jasa Keuangan (OJK) mencatat perkembangan terkini keuangan syariah per Mei
2014. Total aset perbankan syariah mencapai Rp 250,55 triliun.
Sementara
pada tahun 2013, perkembangan perbankan syariah dalam kurun waktu satu tahun
terakhir tergolong cukup pesat, khususnya pada bank umum syariah (BUS) dan unit
usaha syariah (UUS) yang mendominasi aset perbankan syariah.
Aset
perbankan syariah meningkat per Oktober 2013 (yoy) menjadi Rp.229,5 triliun.
Bila ditotal dengan aset BPR Syariah, maka aset perbankan syariah mencapai
Rp.235,1 triliun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar